FOTO: Nyanyian PSK Disabilitas Menjajakan Diri Untuk Bertahan Hidup


Seorang PSK tunawicara melambaikan tangannya kepada pengendara yang melintas di Jalan I Gusti Ngurah rai, Jakarta Timur. (Foto: Kiki Budi Hartawan).

Mereka terpaksa melakukannya.

Image 1 of 7

AKTUALITAS.ID – Matahari sudah terbenam cukup lama dan langit nampak mulai gelap. Tetapi suasana dijalan tetap ramai dan sesak oleh kendaraan kendaraan yang ada. Disesaknya kendaraan yang melintas, ada suasana yang berbeda setelah melintasi pintu kereta Cipinang, hingga kolong fly over Klender.  Terlihat dengan jelas banyak wanita cantik yang berdiri dipinggiran  Jalan Gusti Ngurah Rai, Klender, Jakarta Timur.

Para wanita berdiri diatas trotar, dari beberapa wanita, mengenakan pakaian yang ketat yang membuat lekukan tubuh mereka terlihat jelas. Tidak tertinggal, mereka juga menyertainya dengan dandanan yang menor,dengan bibir yang berlipstik kemerahan.

Ketika para pengendara melintas tepat di depannya, senyum manis dilemparkan dilengkapi dengan lambaian jemari mereka yang lentik kepada para pengendara yang melintas.

Sementara motor terus melaju, hingga memasuki halte busway Cipinang. Terlihat dari seberang jalan di bawah sinar temaram lampu halte, ada dua orang wanita, yang satu mengenakan baju berwarna hitam dengan celana panjang, dan yang satunya mengenakan dress bermotif bunga sedang duduk santai. Tidak cantik memang, namun memiliki daya pikat yang membuat beberapa pengendara sepeda motor menjadi ‘mogok’.

Setelah ditelisik, mereka ternyata adalah wanita pekerja seks komersial yang sering mangkal‎ di sana.  Dari keterangan warga sekitar yang didapati belakangan, lokasi sepanjang jalan itu, memang biasa dipakai para pemburu wisata birahi mencari wanita penjaja birahi.

“Di sini memang banyaklah yang ‘mangkal’,” kata Botak, warga sekitar.

Namun, ada yang berbeda, yakni kondisi mereka yang tidak seperti orang pada umumnya. Mereka, para penjaja kenikmatan itu, ternyata penyandang disabilitas.

Yuli (25) contohnya (bukan nama sebenarnya), ia menderita gangguan berbicara sejak kecil. Ia tak bisa menyampaikan pikirannya melalui kata-kata, namun hanya bisa melalui bahasa isyarat yang hanya orang dekatnya saja yang mengerti.

Ketika ditanya soal berapa lama ia bekerja, ia menunjukkan tiga jari di tangannya yang berarti sudah tiga tahun ia menjadi PSK. Dari situlah ia menggantungkan hidupnya karena kedua orang tuanya sudah tua, sehingga tak mampu membiayayai kehidupan sehari-harinya.

Di tengah suara bisingnya kereta api, Yuli mengaku hampir setiap hari ia menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang. Rata-rata, jam kerjanya sekitar pukul 20.00 sampai 02.00 dini hari.

“Biasanya dua cowok yang makai (saya),” kata Yuli sambil menunjukkan sebuah teks pesan di ponselnya kepada kami yang menyambanginya di lokasinya mangkal beberapa waktu lalu.

‎Dengan tarif Rp200 ribu, para pelanggan bisa dengan puas memakai jasanya. Biasanya, Yuli yang bekerja tanpa muncikari ini mengajak si pria untuk masuk kedalam kamar kontrakannya yang terletak di pinggir rel.

“Saya sediain alat pengaman, biar pelanggan enggak kena penyakit,” kata perempuan yang rumahnya tak jauh dari stasiun Klender ini seraya tersenyum.

Yuli sendiri mengaku hanya lulusan SD. Rendahnya tingkat intelektualitas dan perekonomian dijadikan alasan orang tuanya enggan menyekol‎ahkanya di sekolah luar biasa. Akibatnya, Yuli kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan layak.

‎Selain Yuli, masih ada beberapa PSK lain yang sama sepertinya. Kekurangan fisik tak dijadikan alasan mereka untuk mencari nafkah meskipun dengan cara tidak halal. Lingkungan yang padat, justru dijadikan sumber pemasukan bagi mereka untuk mengarungi kehidupan di ibu kota Jakarta yang serba keras ini.

Foto dan teks : @kiki_budi_hartawan

 

 

 

 

 

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>