Terobos di Laut China Selatan, China Kembali Usir Kapal Perang AS


Ilustrasi, Kapal perang Amerika Serikat, USS McCampbell dengan senjata rudal. Foto/REUTERS/John Harris/US Navy/Handout

Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) atau militer China dilaporkan mengusir kapal perang Amerika Serikat yang menerobos masuk ke Kepulauan Xisha atau Paracel di Laut China Selatan.

Insiden ini terjadi di tengah ketegangan hubungan AS-China setelah bersilang pendapat perihal asal mula wabah Covid-19.

Juru Bicara Komando Teater Selatan PLA Kolonel Senior Li Huamin pada Kamis (28/5) mengatakan operasi AS di tengah pandemi virus corona menunjukkan bahwa mereka merupakan sumber sabotase perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan.

Komando Teater Selatan PLA mengorganisir pasukan angkatan laut dan udara untuk membuntuti USS Mustin yang masuk secara ilegal ke perairan teritorial China tanpa izin pada Kamis.

PLA mengikuti, dan mengidentifikasi kapal tersebut, kemudian memperingatkan dan mengusirnya.

Seperti dikutip dari Global Times, ini bukan kali pertama PLA mengusir kapal perang AS dari Laut China Selatan di 2020 ini.

Pada akhir Januari lalu PLA mengusir kapal tempur USS Montgomery di dekat Kepulauan Nansha.

Kemudian awal Maret kapal perusak USS McCampbell yang berlayar di dekat Kepulauan Paracel mengalami hal serupa. Lalu akhir April PLA mengusir kapal perusak USS Barry.

Kepulauan Paracel terletak di antara garis pantai Vietnam dan China. Kepulauan itu terdiri dari 30 pulau yang menyebar dan dikendalikan oleh Beijing tetapi juga diklaim oleh Taipei dan Hanoi.

Tiongkok mengaku sebagai pemilik hampir seluruh kawasan Laut China Selatan, perairan di mana Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Indonesia juga memiliki klaim.

Menurut Li, di masa pandemi Covid-19 yang masih mengguncang dunia, AS mengabaikan keamanan rakyatnya dan tidak berfokus pada kontrol wabah di negaranya.

“Juga tidak berkontribusi pada kontrol pandemi global, tetapi mengirimkan kapal perang jarak jauh ke Lau China Selatan, memamerkan kekuatan dan menyebabkan masalah,” ujar Li.

Presiden China Xi Jinping baru saja memutuskan menaikkan anggaran pertahanan negara sebesar 6,6 persen. Dengan kenaikan itu, anggaran pertahanan China meningkat menjadi 1.268 triliun yuan atau Rp2.628 triliun.

Sejumlah pihak menuturkan keputusan Xi tersebut mencerminkan bahwa China mencium ancaman keamanan yang bertambah di tengah ketegangan Negeri Tirai Bambu dan Amerika Serikat-sang rival utama-yang kian meruncing.

Dalam pidatonya di sidang pleno Kongres Parlemen China ke-13 di Beijing, Xi mengatakan kesiagaan pertahanan itu dilakukan untuk mengamankan kedaulatan dan keamanan negara dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks saat ini.

Kantor berita pemerintah China, Xinhua melaporkan bahwa Xi juga memerintahkan peningkatan inovasi dalam pengembangan ilmu pertahanan nasional dan pelatihan personel militer profesional berkaliber tinggi.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>