Sudan & Oman Tunda Normalisasi dengan Israel Tunggu Selesai Pemilu AS


Sudan dan Oman bakal menunda normalisasi hubungan dengan Israel dan menunggu hingga pemilihan umum Amerika Serikat rampung digelar. Kantor Berita Rai Al-Youm mengungkapkan, kabar itu tersiar berdasar laporan surat kabar Israel, Maariv.

Rai Al-Youm menyebut dua negara Arab tersebut tidak akan menawarkan “hadiah berharga” mereka kepada Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelum pemilihan umum AS usai.

Menurut Maariv, Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Washington, Yousef Al-Otaiba menegaskan bahwa Sudan dan Oman tidak ingin terburu-buru menuju hubungan diplomatik dengan Israel.

Melansir Middle East Monitor, menurut Al-Otaiba, pernyataan itu muncul setelah Israel berulang kali optimistis bahwa negaranya akan segera mencapai kesepakatan normalisasi dengan Sudan dan Oman.

Sementara reporter Maariv, Gideon Kotz mengklaim bahwa pidato Menteri Luar Negeri Oman, Yusuf bin Alawi bin Abdullah di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa turut andil meredam antusiasme Israel terkait normalisasi hubungan.

Yusuf bin Alawi bin Abdullah disebut menegaskan kembali hak Palestina untuk merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Namun begitu Wakil Kepala Jenderal Sudan, Mohamed Hamdan Daglo kepada saluran TV Sudan24 di Juba mengatakan bahwa negaranya masih mencari kemungkinan relasi dengan Israel dan dalam hal ini, dia menegaskan negaranya tidak takut terhadap siapapun.

“Kami tidak takut pada siapa pun, tapi (rencana) ini akan menjadi relasi, bukan normalisasi,” tegas Mohamed Hamdan. Namun ia tak merinci perbedaan antara relasi dan normalisasi yang dia maksud.

“Memang benar, perjuangan Palestina itu penting, dan kami harus berdiri bersama rakyat Palestina. … Kami tidak berbicara tentang normalisasi. Kami berbicara mengenai hubungan. Dan ini adalah hubungan yang akan kami manfaatkan; ini akan dilakukan dengan persetujuan dan konsultasi dengan semua pihak,” tandas Daglo.

Sebelumnya, Israel, UEA, dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan yang ditengahi oleh Washington pada 15 September lalu. Perjanjian yang bertajuk Abraham Accords ini ditandangani oleh PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri UEA serta Bahrain di Gedung Putih.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>