Kurs Tengah BI, Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS Sudah Rp 16.741


AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasar spot dan dolar AS kembali ke kisaran Rp 16.500.

Pada Kamis (2/4/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 16.741. Rupiah melemah signifikan 2% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan berada di posisi terlemah sejak Jisdor diperkenalkan pada 2013.

Sementara di pasar spot, rupiah juga menghuni zona merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 16.540 di mana rupiah melemah 0,61%.

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di pasar spot. Bahkan yen Jepang yang perkasa saja berada di jalur merah.

Cash is King, Dolar AS Jadi Buruan

Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 09:22 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%.

Dalam sebulan terakhir, indeks ini menguat 2,51%. Sejak awal tahun, kenaikannya lebih sangar lagi yaitu 3,32%.

Pelaku pasar benar-benar cemas terhadap penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 08:47 WIB, jumlah pasien virus corona di seluruh dunia mencapai 935.817 orang. Dari jumlah tersebut, 47.208 orang meninggal dunia.

Setelah kasus corona di China mereda, kini giliran AS yang menjadi episentrum. Jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam kini sudah 215.417 orang di mana 5.116 orang tutup usia.

Presiden AS Donald Trump yang biasanya begitu pede bin optimistis kini seakan putus harapan. Dia mengungkapkan dua minggu ke depan akan menjadi periode berat bagi rakyat AS karena penyebaran virus corona bakal semakin masif.

“Dua pekan ke depan akan sangat-sangat menyakitkan. Kami ingin rakyat AS bersiap untuk hari-hari yang sulit ke depan. Sangat penting bagi masyarakat untuk mengikuti panduan pemerintah dalam 30 hari ke depan, ini persoalan hidup dan mati,” kata Trump, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Jika Trump saja sudah begitu pesimistis, apa kabar dunia usaha? ISM melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur AS periode Maret 2020 adalah 49,1. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di bawah 50 berarti industriawan sedang tidak ekspansif, yang ada malah kontraktif.

“Apabila Bapak Presiden yang optimistis memberi peringatan bahwa situasi terburuk belum lagi datang, kira-kira apa yang ada di pikiran pengusaha? Apakah mereka masih bisa bertahan dan menggaji karyawannya? Dengan data yang ada, sepertinya yang terjadi adalah depresi, bukan lagi resesi,” tegas Chris Rupkey, Chief Financial Economist di MUFG Union Bank yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.

Dihantui risiko resesi yang semakin nyata dari hari ke hari, investor memilih undur diri. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, mata uang lain harus melemah, tidak terkecuali rupiah.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>