Putri Saddam Hussein Bahas Politik, Pemerintah Irak Panggil Dubes Yordania dan Arab Saudi


Raghad Putri almarhum Saddam Hussein

Raghad Saddam Hussein yang merupakan putri tertua mendiang pemimpin Irak, Saddam Hussein, muncul dalam program wawancara membahas soal politik.

Materi yang dibahas dalam wawancara stasiun televisi Arab Saudi, Al Arabiya, membuat berang pemerintah Irak.

Dilansir Middle East Monitor, Rabu (17/2), dalam wawancara itu, pemandu acara Sohaib Charair menanyakan apakah Raghad berniat terjun ke dunia politik Irak.

Raghad mengatakan hal itu sangat mungkin terjadi. Apalagi politik dalam negeri Irak kacau balau akibat persaingan kelompok berbasis suku dan agama.

“Semuanya bisa terjadi,” kata Raghad.

Sontak wawancara itu membuat murka pemerintah Irak. Mereka lantas memanggil duta besar Yordania dan Arab Saudi terkait dengan wawancara Raghad.

Raghad sejak 2003 bermukim di Ibu Kota Amman, Yordania. Dia belum pernah pulang ke tanah kelahirannya sejak Amerika Serikat dan pasukan koalisi menyerbu Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein.

Saat ini Raghad masuk ke dalam daftar buronan pemerintah Irak.

Selain membahas soal politik Irak, Raghad juga menyinggung perihal pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Menurut dia Iran terlalu ikut campur dalam urusan Irak setelah rezim ayahnya tumbang.

Pemerintah Irak saat ini cenderung merapat kepada Iran. Padahal di kalangan rakyat Irak, sentimen anti-Iran masih melekat kuat meski mayoritas penduduknya sama-sama menganut ajaran Syiah.

Irak dan Iran sempat berperang pada 22 September 1980 hingga 20 Agustus 1988. Saat itu Saddam Hussein berusaha supaya gelombang revolusi di Iran yang menumbangkan pemerintahan Shah Reza Pahlevi tidak menular ke negaranya.

Sebab, ketika itu Iran dikuasai oleh rezim Saddam yang beraliran Sunni dan menganut paham Ba’athisme. Padahal kelompok Sunni menjadi minoritas di tengah masyarakat Irak.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>