Saat Tahun Baru Thingyan, Aktivis Myanmar Serukan Pembangkangan Nasional


Demonstran berbaris selama protes menentang kudeta militer, di dekat kuil di Bagan, Myanmar 18 Februari 2021, Reuters

Para penentang kudeta Myanmar kemarin menyerukan warga untuk menunjukkan pembangkangan terhadap militer dengan mengenakan kostum dan berdoa selama liburan tahun baru mendatang.

Para kelompok antikudeta militer Myanmar juga berharap dapat mempertahankan momentum gerakan penentangan, yang selama ini telah menewaskan 700 orang.

Tahun baru tradisional, yang dikenal sebagai Thingyan di Myanmar, adalah hari libur paling penting dalam setahun dan biasanya dirayakan dengan doa, ritual pembersihan patung Buddha di kuil, dan semburan air dengan semangat tinggi ke jalanan.

“Dewan militer tidak punya kekuasaan atas Thingyan. Kekuasaan rakyat ada di tangan rakyat,” tulis Ei Thinzar Maung, pemimpin kelompok protes Komite Kolaborasi Pemogokan Umum, di Facebook.

“Rakyat yang bersatu perlu mempertahankan Thingyan,” kata Ei Thinzar Maung, seperti dilansir laman Antara mengutip Reuters, Senin (13/4).

Dia meminta umat Buddha untuk mengenakan pakaian religius dan membaca doa bersama. Bagi komunitas Kristen, mereka diimbau mengenakan pakaian putih dan membaca mazmur.

Dia mengatakan para penganut agama-agama lain harus mengikuti arahan pemimpin mereka.

Liburan berlangsung dari 13 April hingga 17 April, yang merupakan Hari Tahun Baru.

Pasukan keamanan telah membunuh 706 pengunjuk rasa, termasuk 46 anak-anak, sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari, menurut hitungan kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Penghitungan itu termasuk 82 orang yang tewas di Kota Bago, sekitar 70 km (45 mil) timur laut Yangon, pada Jumat. AAPP menyebut peristiwa itu sebagai “ladang pembantaian”.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>