Perbaiki Hubungan yang Kerap Memanas, Arab Saudi Akui Berunding dengan Iran


Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud menghadiri konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di Berlin, Jerman 19 Agustus 2020. [John Macdougall / REUTERS]

Arab Saudi menggelar perundingan dengan musuh regionalnya, Teheran pada akhir September untuk mendinginkan ketegangan yang terus berlanjut di bawah Presiden Ebrahim Raisi.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menyampaikan pada Minggu, perundingan keempat berlangsung pada 21 September.

“Diskusi ini masih dalam tahap eksplorasi, dan kami berharap mereka meletakkan dasar untuk mengatasi masalah antara kedua belah pihak,” jelasnya dalam konferensi pers di Riyadh bersama dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, dikutip dari Al Jazeera, Senin (4/10).

Pangeran Faisal tidak mengungkapkan lokasi pertemuan atau apa saja yang dibahas, sementara Borrell menyambut baik perundingan antara Saudi dan Iran.

Iran dan Arab Saudi, pihak yang kerap saling berlawanan dalam sejumlah konflik di Timur Tengah, terlibat perundingan sejak April di tingkat tertinggi sejak pemutusan hubungan pada 2016.

Perundingan itu dilakukan di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani, yang diganti Raisi pada Agustus. Tiga perundingan pertama berlangsung di Irak.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh pada 23 September, perundingan itu menuju kemajuan yang serius terkait keamanan Teluk.

Iran dan Arab Saudi mendukung pihak yang berbeda dalam konflik regional dan pertikaian politik di Suriah, Lebanon, dan Irak selama bertahun-tahun, dan Riyadh memimpin koalisi Arab dalam perang melawan gerakan Huthi yang didukung Iran di Yaman sejak 2015.

Riyadh dan Teheran menyampaikan, mereka berharap perundingan tersebut bisa menurunkan ketegangan, namun sembari mengecilkan harapan akan terobosan diplomatik yang signifikan.
Borrell mengatakan, dia membahas situasi Yaman selama kunjungannya ke Riyadh, di mana dia juga bertemu Presiden Yaman, Abd Rabbu Mansour Hadi.

“Apa yang terjadi di Yaman merupakan tragedi mengerikan bagi rakyat di sana dan juga berdampak ke seluruh kawasan,” jelas Borrell.

Arab Saudi melakukan intervensi dalam perang Yaman atas nama pemerintah yang diakui secara internasional pada tahun 2015, tak lama setelah pemberontak Huthi merebut ibu kota, Sanaa.

Para pejuang Huthi telah berulang kali menargetkan negara kerajaan tersebut dalam serangan lintas batas.

Konflik Yaman yang parah telah merenggut puluhan ribu nyawa dan membuat jutaan orang mengungsi, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>