Berita
Amnesty International: Kasus Novel Baswedan Perlu Diselidiki Ulang
AKTUALITAS.ID – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menilai kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan perlu diselidiki ulang. Menurutnya, proses penyelidikan harus dikembalikan ke Tim Pencari Fakta (TPF) independen, bukan kepolisian. “Kalau melihat keraguan jaksa, memang sebaiknya ini dibatalkan dan dimulai dari awal sehingga proses penyelidikan lebih efektif, terbuka, dan imparsial,” […]

AKTUALITAS.ID – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menilai kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan perlu diselidiki ulang. Menurutnya, proses penyelidikan harus dikembalikan ke Tim Pencari Fakta (TPF) independen, bukan kepolisian.
“Kalau melihat keraguan jaksa, memang sebaiknya ini dibatalkan dan dimulai dari awal sehingga proses penyelidikan lebih efektif, terbuka, dan imparsial,” ujar Usman dalam diskusi #EmangSengaja Sidang yang disiarkan akun Youtube YLBHI, Minggu (21/6).
Diketahui, dua terdakwa penyiraman air keras dituntut satu tahun penjara oleh jaksa penuntut umum dengan pertimbangan tak sengaja menyiram hingga mengenai mata Novel. Tuntutan ini dikritik sejumlah pihak karena dinilai terlalu ringan.
Menurut Usman, penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian selama ini cenderung lamban dan tak lazim. Bahkan berdasarkan rekomendasi Komnas HAM, polisi disebut melakukan abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan dalam menyidik kasus tersebut. Novel sendiri telah mengungkap kecurigaan bahwa serangan itu didalangi perwira senior kepolisian.
“Penyelidikan melalui kepolisian terlihat ingin mengendalikan proses penyajian bukti. Proses juga lamban dan banyak hal tidak lazim sehingga sulit dikatakan sebagai penyelidikan yang benar,” katanya.
Usman menuturkan, Komnas HAM dapat menyurati pengadilan untuk menyampaikan hasil investigasi atas kasus Novel sebelum pembacaan putusan. Merujuk pada hasil investigasi Komnas HAM, terdapat dugaan rekayasa yang serius atas kasus Novel.
“Jadi kalau perlu pengulangan penyelidikan, juga pengulangan persidangan. Ini bisa diulang terhadap terdakwa yang berbeda atau pun perbuatan yang berbeda,” ucap Usman.
Pelaku Sengaja
Sementara itu, akademisi hukum Universitas Indonesia Ganjar Laksmana punya pendapat berbeda dengan jaksa terkait pertimbangan pelaku tidak sengaja menyiram air keras ke Novel. Menurut Ganjar, pelaku telah memenuhi unsur kesengajaan, di antaranya dengan datang berboncengan saat subuh dan membawa air keras.
“Membawa air keras ini sudah dipastikan karena mengenai mata meski dibantah itu air aki. Ini telah menunjukkan kesengajaan tidak terbantahkan dan perencanaan juga tidak terbantahkan,” jelasnya.
Terkait air keras yang mengenai mata Novel hingga menyebabkan cacat permanen, menurut Ganjar, juga diyakini memenuhi unsur kesengajaan karena pelaku menyiram air keras dari arah depan. Alasan pelaku yang hanya berniat menyiram badan Novel dan tak sengaja mengenai mata dinilai Ganjar tak masuk akal.
“Kalau bilang menyiram badan kenapa menyiram dari depan, kan bisa dari belakang. Ini sebetulnya petunjuk bahwa tujuannya bukan badan, kalau dari depan pasti menyasar sesuatu yang hanya dari depan, termasuk wajah,” katanya.
Ganjar menyayangkan sikap jaksa yang tak menggali lebih dalam terkait tindakan penyiraman air keras yang mengenai mata. Alih-alih mencari tahu fakta tersebut, jaksa justru terkesan membatasi pertanyaan di persidangan.
Padahal sesuai prinsip hukum acara pidana, kata Ganjar, dalam mengungkap suatu perkara juga harus logis sistematis. “Maka di sini selain berbasis fakta dan alat bukti, juga harus logis,” ucap Ganjar.
Pelaku penyiraman air keras kepada Novel diketahui dituntut satu tahun penjara. Dalam pertimbangannya, jaksa menyatakan bahwa pelaku tak sengaja menyiramkan air keras hingga mengenai mata Novel.
Novel sendiri sempat menyampaikan agar kedua terdakwa dibebaskan karena ia tak meyakini bahwa dua orang itu pelaku sebenarnya.
-
DUNIA17/06/2025 10:15 WIB
Trump Tantang Iran: Mereka Tak Akan Menang Lawan Israel, Lebih Baik Segera Berdamai
-
FOTO17/06/2025 17:20 WIB
FOTO: Penampakan Uang Sitaan Rp2 Triliun dari Kasus CPO Wilmar Group
-
NASIONAL17/06/2025 04:30 WIB
BP Taskin dan BGN Bersatu Bangun 1.000 “Dapur Sehat” di Pelosok Negeri
-
RAGAM17/06/2025 13:30 WIB
Makanan Pedas Bantu Kendalikan Porsi Makan
-
DUNIA17/06/2025 12:15 WIB
Dunia di Ujung Tanduk: Pakistan Ancam Balas Israel dengan Nuklir Jika Iran Diserang
-
NASIONAL17/06/2025 14:00 WIB
Bahas Soal Empat Pulau, Kemendagri Undang Gubernur Sumut dan Gubernur Aceh
-
EKBIS17/06/2025 10:45 WIB
Rupiah Melemah ke Rp16.300/USD, Waspadai Gejolak Geopolitik & Kebijakan Bank Sentral
-
EKBIS17/06/2025 08:30 WIB
BBM Non-Subsidi Turun Lagi, Pertamax & Dex Lebih Murah Mulai Hari Ini