Berita
Polisi Myanmar Kembali Tembak Mati Demonstran
Polisi Myanmar kembali melepas tembakan hingga menewaskan satu demonstran, dalam aksi damai menolak kudeta militer, Jumat (5/3). Salah satu saksi mata melaporkan polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan satu orang ditembak di bagian leher. Menurut dokter yang memeriksa, pedemo itu berusia sekitar 25 tahun. “Saya kira dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih […]
Polisi Myanmar kembali melepas tembakan hingga menewaskan satu demonstran, dalam aksi damai menolak kudeta militer, Jumat (5/3).
Salah satu saksi mata melaporkan polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan satu orang ditembak di bagian leher.
Menurut dokter yang memeriksa, pedemo itu berusia sekitar 25 tahun.
“Saya kira dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih menunggu anggota keluarga,” kata dokter kepada Reuters, melalui telepon.
Salah satu aktivis menyerukan aksi protes lebih besar dan lebih banyak di beberapa kota. Hari ini ribuan orang berbaris dengan damai melalui kota Mandalay.
“Zaman batu sudah berakhir, kami tidak takut karena kamu mengancam kami,” kata para demonstran.
Di Yangon, polisi menembakkan peluru karet dan melempar granat untuk membubarkan para demonstran, yang diikuti sekitar 100 dokter berjas putih.
Aksi demonstrasi juga terjadi di Kota Pathein, sebelah barat Yangon.
Kekerasan di Myanmar terjadi ketika junta militer kalah saing dalam memperebutkan kursi kepemimpinan di PBB.
Junta militer memecat diplomat Myanmar di PBB Kyaw Moe Tun pada hari Sabtu, setelah dia mendesak negara-negara di Majelis Umum menggunakan “segala cara yang diperlukan” untuk mengembalikan kekuasaan kepada pemimpin terpilih.
Namun, misi Myanmar PBB menyatakan bahwa Duta Besar Kyaw Moe Tun tetap menjabat. Di Washington, tidak jelas apakah kedutaan Myanmar masih mewakili junta militer atau bukan.
Seorang diplomat di kedutaan juga mengundurkan diri karena turut bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil dalam pemogokan terhadap militer.
Selain itu, 19 petugas polisi Myanmar menyeberang ke India karena tak mau mematuhi perintah junta militer.
Sebagai hukuman atas kekerasan yang terjadi, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pembatasan perdagangan, dan yang terbaru menargetkan dua konglomerat militer.
Departemen Perdagangan AS menetapkan pembatasan perdagangan pada kementerian pertahanan dan dalam negeri Myanmar serta dua konglomerat militer yang mengendalikan sebagian besar ekonomi, mulai dari bir hingga real estate.
Langkah-langkah tersebut diharapkan memiliki dampak meski entitas itu bukan importir utama.
Amerika Serikat juga telah memperingatkan China untuk memainkan peran yang konstruktif. Namun Negeri Tirai bambu itu mengatakan stabilitas adalah prioritas utama.
Penyelidik hak asasi manusia PBB di Myanmar, Thomas Andrews, mendesak Dewan Keamanan untuk memberlakukan embargo senjata global dan sanksi ekonomi yang ditargetkan pada militer.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB akan digelar pada Jumat malam.
- Multimedia9 jam lalu
FOTO: Banjir Rob Muara Angke
- Nasional22 jam lalu
Komisi I DPR Cermati Usulan UU Batas Usia Akses Media Sosial
- EkBis24 jam lalu
Sambut Nataru, 396 Mal Gelar Diskon Belanja Hingga 70 Persen
- POLITIK20 jam lalu
Tentukan Sistem Pilkada, Kemendagri: Butuh Masukan dari DPR dan Partai Politik
- Dunia19 jam lalu
Jenderal Nuklir Rusia Tewas Terkena Bom Skuter Listrik di Moskow
- Ragam10 jam lalu
Ayu Ting Ting Berangkat Umrah, Doakan yang Terbaik untuk Jodoh dan Keluarga
- Multimedia2 jam lalu
FOTO: KKP Laporkan Capaian Kinerja Sektor Perikanan Budi Daya dan Pengembangan SDM
- Dunia23 jam lalu
Dalam 24 Jam, Serangan Brutal Israel Tewaskan 52 Warga Gaza