Berita
Junta Myanmar Telah Bebaskan Biksu Anti-Muslim
Junta Myanmar mengatakan pihaknya telah membebaskan seorang biksu anti-muslim yang dipenjara pemerintahan Aung San Suu Kyi atas tuduhan penghasutan. Dalam pernyataan resmi junta, Ashrin Wirathu dibebaskan setelah semua tuduhan terhadapnya dibatalkan. “(Dia) menerima perawatan di rumah sakit militer,” imbuh junta seperti dikutip AFP, Senin (6/9). Namun, junta militer tak memberikan alasan lebih rinci Wirathu dirawat […]
Junta Myanmar mengatakan pihaknya telah membebaskan seorang biksu anti-muslim yang dipenjara pemerintahan Aung San Suu Kyi atas tuduhan penghasutan.
Dalam pernyataan resmi junta, Ashrin Wirathu dibebaskan setelah semua tuduhan terhadapnya dibatalkan.
“(Dia) menerima perawatan di rumah sakit militer,” imbuh junta seperti dikutip AFP, Senin (6/9). Namun, junta militer tak memberikan alasan lebih rinci Wirathu dirawat di rumah sakit.
Sebelumnya, ia menghadapi tuduhan karena ujaran kebencian atau penghinaan dan ketidakpuasannya terhadap pemerintahan Suu Kyi.
Pria berusia 53 tahun itu, lama dikenal karena retorika nasionalis anti-Islam. Terutama, kepada etnis Rohingya yang tak memiliki kewarganegaraan.
Majalah Time bahkan pernah menjuluki Wirathu sebagai “Buddhist bin Laden,” karena perannya membangkitkan kebencian agama di Myanmar.
Pada tahun 2017, otoritas Buddhis tertinggi Budha di Myanmar melarang Wirathu berkhotbah selama satu tahun karena ujarannya.
Usai masa pelarangan berakhir, bagaimanapun, pengkhotbah pro-militer itu bertindak seperti biasa dalam rapat umum nasionalis. Wirathu menuduh pemerintah melakukan korupsi dan geram atas gagalnya pengesahan konstitusi yang dibuat junta.
Myanmar, kali ini, masih berada dalam krisis politik sejak militer menggulingkan pemerintahan yang sah pada 1 Februari lalu.
Pemimpin Kudeta, Min Aung Hlaing, mengklaim pihaknya melakukan tindakan itu karena dinilai ada kecurangan dalam Pemilu pada November lalu. Pemilu itu dimenangkan oleh Partai pimpinan Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Militer kemudian menangkap petinggi pemerintahan, termasuk Suu Kyi dan Presiden Myanmar.
Mereka juga tak segan menindak keras bahkan membunuh siapa saja yang bertentangan dengan mereka. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) ada 1.046 korban yang tewas di tangan junta. Sementara yang ditangkap mencapai 7.876 orang.
-
Ragam10 jam lalu
Gangguan Tidur Tingkatkan Risiko Demensia pada Lansia
-
Multimedia22 jam lalu
FOTO: Maximus Blusukan Temui Masyarakat Kwamki Narama
-
Multimedia3 jam lalu
FOTO: DKPP Lantik 228 TPD untuk Pilkada 2024
-
POLITIK7 jam lalu
Bahlil: Partai Golkar Siap Sambut Kehadiran Jokowi
-
Ragam11 jam lalu
LISA BLACKPINK Siap Temui Penggemar di Fan Concert Jakarta 15 November
-
Nusantara9 jam lalu
Gelar Jumat Berkah, Peggi Pattipi Ajak Masyarakat Mimika Tingkatkan Kepedulian
-
Jabodetabek16 jam lalu
Layanan SIM Keliling di Jakarta Hari Ini, Berikut Lokasi dan Persyaratannya
-
Nasional6 jam lalu
KPK Bantah Isu Anies Baswedan Jadi Tersangka Formula E