Mengapa Allah SWT ‘Mengambil’ Seluruh Putra Rasulullah SAW?


Putra-putri Rasulullah semuanya berjumlah tujuh orang, tiga laki-laki dan empat perempuan. Mereka adalah Al-Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kutsum, dan Fatimah. Semuanya adalah anak kandung Rasulullah SAW.

Enam anak berasal dari istri beliau tercinta yakni Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Sementara satu lagi yakni Ibrahim berasal dari budak beliau hadiah dari Raja Mesir yaitu Mariyaah Al-Qibthiyah.

Seluruh putra Rasulullah wafat saat masih kecil, sedangkan yang perempuan, semuanya sempat menikah bahkan Fatimah masih hidup setelah Rasulullah wafat. Semua putra-putra Rasulullah wafat saat masih sangat kecil, bahkan mereka wafat ketika berumur sekitar dua tahun, baik itu Al-Qasim, Abdullah, dan juga Ibrahim.

Mengapa Allah SWT ‘mengambil’ seluruh putra Rasulullah SAW saat masih kecil. Allah SWT berfirman:    

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab [33]: 40).

Para ahli bahasa memberikan makna terhadap kalimat ‘khatama’ dalam surth Al-Ahzab ayat 40 itu dengan al-Istitsaqu wal man’u, artinya memastikan dan menolak sesuatu.

Dengan demikian, Alquran menyebutkan Muhammad sebagai khatamannabiyyin, artinya pasti dan tidak ragu bahwa Muhammad sebagai Nabi terakhir dan menolak orang yang mengaku Nabi di kemudian hari.

Menurut para mufasir, ada tiga tafsiran tentang kata khatamannabiyyin tersebut. Pertama, khatamannubuwwah, penutup kenabian. Kedua, Allah SWT menyempurnakan kenabian dan rasul sejak awal sampai akhir dengan diutusnya Rasulullah SAW. Ketiga, Muhammad paling akhir di antara para Nabi Allah yang diutus.

Dikutip dari Kitab Al-Wafa, Ibnu Abbas, sahabat sekaligus ahli tafsir terkemuka di zaman Nabi mengomentari ayat di atas, “Seolah-olah Allah berkehendak dengan firmanNya, kalaulah Allah tidak menutup nabi-nabi dengan kenabian Muhammad, seolah Allah berfirman, pasti Aku jadikan seorang nabi di antara anaknya. Tapi Allah Mahamengetahui terhadap segala sesuatu. Mengapa tidak menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai nabi dan rasul karena memang Allah berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir.”

Salah satu logika yang digunakan Ibnu Abbas adalah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa tiga putra beliau dua dari khadijah, pertama, Qasim, sehingga beliau SAW dipanggil Abul Qasim, lahir sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan meninggal dalam usia dua tahun.

Kedua, Abdullah yang dijuluki Ath-Thayyib dan Ath-Thahir karena dia dilahirkan dalam Islam meninggal dunia setelah lahir beberapa hari. Ketiga, putra dari Mariah Qibtiyah bernama Ibrahim meninggal dalam usia 16-18 bulan.

Kalaulah putra beliau SAW, hidup sampai dewasa, tidak mustahil di kemudian hari orang akan mendewakan salah satunya dan mengangkatnya sebagai nabi. Tapi Allah mentakdirkan tidak menjadikan seorang pun hidup sampai dewasa.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>