Jika Junta Militer Myanmar Terus Membunuh Demonstran, Kelompok Etnis Tidak Akan Tinggal Diam


Salah satu pemimpin kelompok etnis bersenjata Myanmar kemarin mengatakan mereka tidak akan berdiam diri saja jika junta militer terus membunuhi demonstran.

Sedikitnya 16 orang tewas oleh aparat keamanan kemarin, di hari yang sama militer memperingati Hari Angkatan Bersenjata.

“Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari angkatan bersenjata, tapi harinya membunuhi demonstran,” ujar Jenderal Yawd Serk, ketua Dewan Restorasi Negara Bagian Shan/Pasukan Negara Bagian Shan (RCSS) kepada Reuters, seperti dilansir laman Channel News Asia, Sabtu (27/3).

“Ini bukan harinya perlindungan bagi demokrasi, tapi harinya mereka merusak demokrasi,” kata dia.

“Jika mereka terus menembaki demonstran dan menindas warga, maka seluruh kelompok etnis tidak akan tinggal dan tidak berbuat apa-apa.”

RCSS yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand adalah salah satu kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta militer dan berjanji akan membela demonstran. Sekitar puluhan kelompok etnis bersenjata di Myanmar menguasai sebagain wilayah di negara itu.

Di hari Angkatan Bersenjata kemarin pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan tugas militer adalah melindungi warga dan menjunjung demokrasi seraya menegaskan kembali janjinya untuk menggelar pemilu baru setelah militer mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari lalu.

Junta mengatakan pemilu 8 November lalu yang dimenangkan oleh partainya Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dicurangi dan menjadi alasan militer untuk mengambil alih kekuasaan.

Sejauh ini sudah 340 nyawa melayang sejak kudeta militer di Myanmar Februari lalu.

“Kelompok etnis bersenjata kini punya musuh bersama dan kami harus bergandengan tangan dan menghukum mereka yang menyakiti rakyat. Kami harus bergabung bersama-sama,” kata Yawd Serk.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>