Darurat Daulat Rakyat


Wawan

Sebentar lagi di beberapa daerah di republik ini perhelatan Demokrasi diselenggarakan, dengan pemilihan Walikota dan Bupati di daerah.

Proses Pilkada yang rutin diselenggarakan rutinan tiap 5 tahunan, terkesan tidak membawa dampak yang signifikan di kesejahteraan berkeadilan bagi rakyat.

Lambat laun penulis berpandangan bahwa ptoses pilkada tersebut cenderung mengoyak kearifan dan budaya lokal setempat.

Masyarakat kita terkenal dengan budaya gotong-royong, paguyuban patembayan, seakan tak berarti tergerus dgn yang namanya proses demokrasi (Pilkada).

Ada yang salah dalam proses atau memang ada yang terlupakan dari proses tersebut. Dalam proses demokrasi (Pilkada), selalu rakyat yang dibutuhkan.

Rakyat sebagai organ penting di proses tersebut. Tapi lagi – lagi selalu rakyat yang menjadi obyek.

Lucu dan aneh, pilkada diselenggarakan dengan harapan bisa menjadi harapan baru bagi rakyat dengan lahirmya pemimpin baru, tapi malah stagnant. Dalam proses demokrasi ada yang sangat berperan penting yaitu Partai Politik sebagai pengusung balon tersebut.

Tapi adakah peran parpol sebagai pengusung memberikan kesadaran politik pada rakyat? Dikotomi oligarki parpol cenderung berperan sebagai “penjudi”, dalam proses demokrasi tersebut.

Parpol hanya berorientasi pada kekuasaan semata tanpa indahkan yg namanya kearifan dan budaya lokal setempat.

Penulis beranggapan bahwa Pilkada hanya proses lahirnya tirani kekuasaan yang diamini oligarki parpol. Saatnya Rakyat berani bersikap dan sudahi ini semua.

Darurat Daulat Negara itu yang penulis sampaikan.
Semoga . . .

Penulis: Wawan Leak


slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>