Korut Ledakkan Kantor Penghubung Dekat Perbatasan Korea Selatan


Korut ledakkan kantor penghubung antar-Korea. ©KCNA via REUTERS

Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea di dekat perbatasan pada Selasa. Hal ini dikonfirmasi Kementerian Unifikasi Korea Selatan, setelah retorika ancaman dari Pyongyang selama beberapa hari terakhir.

“Korea Utara meledakkan Kantor Penghubung Kaesong pada pukul 14.49,” kata kementerian itu, yang menangani hubungan antar dua negara, kepada wartawan, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (17/6/2020).

Pernyataan itu muncul beberapa menit setelah ledakan terdengar dan asap terlihat membubung dari zona industri bersama yang lama tutup di Kaesong di mana kantor penghubung itu berlokasi.

Penghancuran kantor penghubung terjadi setelah Kim Yo Jong, kakak perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengatakan pada akhir pekan: “Tak lama, sebuah adegan tragis dari kantor penghubung bersama utara-selatan yang tidak berguna yang benar-benar hancur akan terlihat.

Kantor Berita Korea Utara (KCNA) mengonfirmasi kantor penghubung tersebut secara tragis hancur dengan ledakan dahsyat.

Disebutkan penghancuran dilakukan karena para pembelot yang disebut sebagai ‘sampah’ dan pihak yang melindungi para pembelot, “dan mereka, yang telah melindungi sampah, agar membayar mahal atas kejahatan mereka”.

Korea Utara sering menggambarkan pembelot di Korea Selatan sebagai “sampah manusia”.

Sejak awal Juni, Korea Utara telah mengeluarkan serangkaian kecaman pedas pada Korea Selatan setelah para aktivis yang mengirim selebaran anti-Pyongyang yang melewati perbatasan – hal yang kerap dilakukan para pembelot.

Pekan lalu, Korea Utara mengumumkan telah memutuskan semua hubungan komunikasi resmi dengan Korea Selatan dan menyebut tetangganya sebagai “musuh”.

Selebaran – biasanya melekat pada balon udara atau mengapung dalam botol – berisi kritik terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un karena pelanggaran hak asasi manusia dan ambisi nuklirnya.

Park Sang Hak, seorang tokoh terkemuka di balik selebaran, menolak mengomentari ledakan itu.

“Saya sama sekali tidak peduli dengan peledakan. Jangan tanya saya. Tanyakan bocah gila itu, Kim Jong Un,” ujarnya.

Pengamat mengatakan Pyongyang mungkin berusaha menciptakan krisis untuk meningkatkan tekanan pada Seoul sementara negosiasi nuklir dengan Washington terhenti.

Sebelumnya pada Selasa, tentara Korea Utara mengatakan “sepenuhnya siap” untuk mengambil tindakan terhadap Korea Selatan, termasuk memasuki kembali daerah-daerah yang telah didemiliterisasi berdasarkan perjanjian kedua negara.

Direktur Pusat Studi Korea Utara Sejong Institute, Cheong Seong Chang mengatakan, Korea Utara frustrasi karena Korea Selatan gagal menawarkan rencana alternatif untuk menghidupkan kembali perundingan AS-Korea Utara.

“Disimpulkan bahwa (Korea) Selatan telah gagal sebagai mediator dalam proses tersebut,” kata dia.

Yoon Sung Suk, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Chonnam, mengatakan Korea Utara berusaha menghukum Presiden Korea Selatan, Moon Jae In untuk tetap berpegang pada sanksi yang dipimpin AS meskipun ada perjanjian 2018 yang menyerukan perdamaian, kemakmuran ekonomi dan penyatuan kembali.

“Korea Utara menghantam Moon karena kegagalannya untuk bergerak maju dan mematuhi sanksi,” kata Yoon.

“Korea Utara juga membutuhkan kambing hitam yang mudah – Selatan – untuk mengalihkan perhatian dari kesulitan ekonomi, yang telah memburuk karena wabah virus,” lanjutnya.

“Ini juga merupakan pesan tidak langsung ke AS bahwa Korea Utara bersiap untuk bertindak ekstrem dengan berpegang teguh pada sikapnya bahwa Korea Utara tidak akan melucuti diri tanpa bantuan sanksi.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian mengatakan setelah insiden itu pihaknya mengharapkan perdamaian di Semenanjung Korea. Namun dia tidak menyinggung soal kantor penghubung.

China adalah mitra dagang utama Korea Utara.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Washington sepenuhnya mendukung upaya Seoul pada hubungan antar-Korea dan mendesak Pyongyang untuk “menahan diri dari tindakan kontraproduktif lebih lanjut”.

Uni Eropa pada Selasa memperingatkan Korea Utara agar tidak mengambil langkah-langkah “provokatif dan merusak” lebih lanjut.

“Uni Eropa sangat menyesalkan tindakan baru-baru ini oleh Republik Rakyat Demokratik Korea,” jelas lembaga tersebut dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa tindakan Korea Utara baru-baru ini “meningkatkan ketegangan, mengacaukan situasi, dan melemahkan upaya menuju solusi diplomatik di Semenanjung Korea.”

Rusia juga menyatakan keprihatinannya tentang situasi Korea, mendesak semua pihak menahan diri.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>