Connect with us

RAGAM

Masjid Jami Al-Islam: Pelopor Khotbah Melayu dan Markas Perjuangan di Tanah Abang

Aktualitas.id -

Masjid Jami Al Islam Tanah Abang, yang berdiri sejak 1770, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Masjid Jami Al Islam Tanah Abang, yang berdiri sejak 1770, bukan hanya dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Jakarta, tetapi juga memiliki sejarah yang mendalam dalam perkembangan dakwah Islam di Betawi. Terletak di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, masjid ini menjadi saksi bisu perjalanan dakwah Islam di tengah hiruk-pikuk kehidupan pedagang yang menjadi ciri khas Tanah Abang sejak abad ke-18.

Pendiri Masjid Jami Al Islam, Sultan Raja Burhanuddin Syekh al-Masri, adalah seorang ulama asal Minangkabau yang datang ke Betawi pada akhir abad ke-16 dengan tujuan mengembangkan dakwah Islam di tengah masyarakat perantau Minang yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang. Menyadari bahwa masyarakat yang taat pada agama namun jauh dari masjid karena kesibukan dagang, Sultan Raja Burhanuddin berinisiatif mendirikan masjid yang dekat dengan pusat perniagaan.

Masjid ini terus berkembang hingga mencapai kejayaan pada tahun 1925, ketika Haji Muala memimpin takmir masjid dan mempelopori penggunaan bahasa Melayu dalam khotbah Jumat. Keputusan ini menuai kontroversi besar, terutama di kalangan ulama tradisional yang menganggap penggunaan bahasa selain Arab sebagai bid’ah. Meskipun mendapat tekanan, Haji Muala tetap bertahan dengan kebijakan tersebut, yang pada akhirnya menjadi cikal bakal banyak masjid di Betawi yang mengadopsi bahasa Melayu dalam khotbah Jumat mereka.

Masjid Jami Al Islam juga memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menjelang Perang Kemerdekaan 1945, masjid ini menjadi markas para pejuang kemerdekaan, yang dikenal dengan sebutan Kaoem Republikein. Di sinilah para pemuda berstrategi dan merencanakan gerilya untuk mengusir penjajah.

Masjid Jami Al Islam Tanah Abang bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga merupakan simbol perjuangan, perubahan sosial, dan semangat kebangsaan yang telah mengakar kuat dalam sejarah Indonesia. Kini, masjid ini terus menjadi pusat kegiatan dakwah dan menjaga warisan budaya yang telah ada lebih dari dua abad. (Mun/ Ari Wibowo)

TRENDING