Angkat Tema Budaya Mentawai, KLHK Apresiasi Pameran Foto Disrupsi


AKTUALITAS.ID – Pameran foto “Disrupsi” karya Rengga Satria resmi dibuka, 8 Desember 2019 di Matalokal M Bloc Space, Jakarta. Pameran itu sendiri dibuka oleh perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Kasubdit P3D3 KLHK Sasmita Nugroho dan kurator seni rupa Frigidanto Agung.

Sasmita dalam sambutannya mengapresiasi acara ini. Menurutnya pameran ini bisa dijadikan contoh bahwa segala lapisan masyarakat bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan kebudayaan.

“Lewat karya fotonya, Rengga mengajak kita untuk lebih peduli terhadap adat, budaya dan lingkungan, dalam hal ini Mentawai. Ini contoh kongkrit bahwa siapa saja dengan medium apa saja bisa berkontribusi terhadap keberlangsungan adat, budaya dan lingkungan Indonesia yang kaya,” ujarnya saat membuka pameran Disrupsi di Matalokal,Mblok, Jakarta, Minggu (8/12/2019).

Sementara itu, kurator seni rupa Frigidanto Agung menyorti aspek-aspek visual yang hadir dalam setiap foto yang disajikan oleh Rengga dalam pameran “Disrupsi”.

“Jika kita memperhatikan setiap visual yang disajikan, kita bisa menemukan simbol-simbol ikonik dari kekayaan budaya kita. Kehadiran foto-foto ini tidak hanya sekedar pemanis atau eksotisme belaka, namun bisa menjadi pijakan literasi terkait kekhasan budaya Mentawai yang mungkin bisa saja hilang di era modern saat ini,” kata Agung.

Membuka Ruang Dialektika

Rengga sendiri mengaku senang terhadap apresiasi pengunjung selama acara pembukaan pameran tersebut. Meski begitu, Rengga mengatakan ini hanya awalan, dia mengaku bahwa apa yang disoroti lewat pameran dan buku “Disrupsi” masih secuil dari kompleksnya permasalahan dan budaya Mentawai.

“Sekedar membuka ruang dialektika, terkait posisi masyarakat adat di tengah era modern dan pembangunan. Pameran ini mengajak segala pihak yang peduli dengan hal itu untuk menyusun formula yang tepat untuk menyikapi posisi masyarakat adat,”

Pameran ini juga menuai banyak apresiasi, karena Rengga mengangkat isu yang cukup sensitif, terkait pemberangusan kepercayaan masyarakat adat khususnya Mentawai. Namun juga tidak sedikit pula himbauan diberikan kepada Rengga.

“Banyak apresiasi, namun juga tidak sedikit yang menghimbau saya terkait kontribusi saya dari pameran dan penjualan buku terhadap masyarakat Mentawai,” ungkap Rengga.

Rengga mengaku semua keuntungan yang diperoleh dari buku dan pameran akan sepenuhnya digunakan untuk melakukan riset lanjutan, terkait masyarakat adat dan budaya Mentawai.

“Saat produksi buku ini pun saya memakai kocek sendiri. Agar bisa menjaga independensi saya. Begitupun nantinya, keuntungan buku ini akan saya gunakan untuk melakukan riset lanjutan secara mandiri,” ungkapnya.

Pameran foto “Disrupsi” akan berlangsung pada 8-15 Desember 2019. Selain pameran foto, akan diselenggarakan juga bedah buku foto ‘Disrupsi’ dan diskusi ‘Why Print is Matter’ yang menghadirkan sejumlah penggiat penerbitan indie yang fokus pada ranah buku foto dan buku seni. [Donny Rachmat/Ari Wibowo]

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>