Virus Corona dan Kebijakan Pemerintah


Ilustrasi virus corona. AKTUALITAS.ID/Kiki Budi Hartawan.

AKTUALITAS.ID – Covid-19 atau virus corona merupakan isu yang masih menjadi highlight pada media di seluruh dunia. Kasus pertama covid-19 muncul di kota Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019 lalu. Hanya dalam waktu 30 hari, covid-19 akhirnya menjadi epidemi skala besar dengan total 72.314 kasus. Tak hanya di Cina, virus corona terlanjur mengalami outbreak di beberapa negara karena aktivitas traveling dan perjalanan bisnis dari turis luar negeri.

Data kasus virus corona bisa dilihat live updatenya melalui situs Johns Hopkins. Per 10 Maret 2020, telah tercatat 114.452 kasus positif covid-19 dari seluruh dunia. 4.026 pasien telah dinyatakan meninggal, namun angka pasien yang sembuh lebih banyak yaitu sebanyak 64.172 jiwa.

Mengapa Virus Corona Menyebar Dengan Cepat?

Virus Corona merupakan virus yang cepat tersebar karena kontak dengan pasien yang telah terjangkit dengan covid-19. Virus dapat menular melalui air liur pasien ketika sedang berbicara, kontak kulit misalnya berjabat tangan, hingga melalui udara yang masuk ke mulut, hidung, dan mata.

Virus ini juga muncul pada musim yang kebetulan sedang rentan. Di luar negeri, bulan Desember menjadi musim dingin dimana orang-orang rentan terkena flu dan penurunan daya tahan tubuh. Begitu pula di negara-negara tropis seperti Indonesia sedang mengalami musim hujan. Selain faktor eksternal (kontak dengan pasien virus corona), kondisi tubuh manusia yang sedang rentan juga semakin mempermudah masuknya virus dalam tubuh.

Peningkatan jumlah kasus hingga ribuan pasien pastinya akan membuat tenaga medis Wuhan mengalami kesulitan dalam menangani setiap kasus yang muncul. Mereka juga tidak memiliki persiapan akan epidemi ini pada awal kemunculannya. Hal inilah yang menyebabkan terlambatnya penanganan pada orang-orang yang telah terjangkit virus. Baik warga dalam negeri maupun turis yang akhirnya kembali ke negara masing- masing.

Semua kasus covid-19 pada awal Januari 2020 di luar negara Cina, merupakan kasus pada pasien yang baru pulang dari kota Wuhan untuk perjalanan bisnis. Virus Corona semakin menyebar dengan luas karena beberapa negara tidak segera memberlakukan travel ban. Inilah yang menjadi salah satu faktor penyebaran virus corona di Cina ke berbagai negara di seluruh dunia.

Sekarang, tak hanya Cina saja yang memiliki angka tertinggi untuk kasus virus corona dengan 80.756 kasus. Italia menjadi negara kedua dengan jumlah kasus tertinggi dengan total 9.172 kasus. Hal ini pun membuat pemerintahan Italia segara melakukan lockdown. Korea Selatan tercatat sejauh ini memiliki 7.513 kasus, tak jauh dengan Iran dengan 1.412 kasus.

Sejauh Mana Usaha Pemerintah Indonesia Menghadapi Virus Corona?

Secara mengejutkan, Indonesia termasuk negara yang baru saja mengalami outbreak virus corona. Sebelumnya, media Amerika dan negara sekitar sempat meragukan tak adanya kasus covid-19 di Indonesia, mengingat adanya banyak kontak negara ini dengan Cina bahkan Wuhan. Salah satunya adalah misi evakuasi 238 WNI dari kota Wuhan yang sempat dikarantina di Natuna selama 14 hari sebelum akhirnya kembali ke rumah masing-masing.

Keraguan juga timbul pada warga Indonesia terutama netizen yang menyuarakan pendapat mereka di media sosial. Mulai dari kemungkinan pemerintahan yang menyembunyikan angka kasus hingga keraguan akan kecanggihan perlengkapan medis di Indonesia.

Hal ini justru akan merugikan negara sendiri dan tidak membantu penanganan epidemi tingkat global ini.  Kemenkes sempat geram dan menyangkal adanya kasus covid-19 di Indonesia yang disembunyikan.

Namun faktanya, pada  Minggu (1/3/2020) malam, Sekretaris Daerah Kota Depok Herdiono sudah mengetahui ibu-anak di wilayahnya  terpapar virus corona. Namun dirinya diwanti wanti oleh staf ahli kementerian diminta tidak menyebarluaskan hal itu.

Hingga akhirnya pada Senin (2/3/2020), Presiden Jokowi mengkonfirmasi adanya 2 kasus covid-19 di Indonesia. Hal ini terjadi karena kontak dengan turis Jepang yang teruji positif corona setelah melakukan pemeriksaan di Malaysia. Dari kasus tersebut, beranak 2 kasus lagi yang masih ada hubungannya dengan kasus pertama dan kedua.

Kemungkinan masuknya virus corona ke Indonesia dari negara lain pun segera memacu Menteri Pariwisata menambah daftar negara yang diban untuk masuk ke Indonesia. Ada tiga negara dari wilayah tertentu yang tidak diperbolehkan masuk ke negara ini, yaitu Iran, Italia, dan Korea Selatan. Menteri Perdagangan juga telah membatasi impor dari Cina untuk jenis-jenis barang tertentu (berlaku pada 11 Maret 2020).

Hingga akhirnya pada Senin (9/3/2020) kemarin, Kemenkes kembali memberikan update melonjaknya kasus corona di Indonesia menjadi 19 kasus. Beberapa di antaranya masih ada kaitannya dengan 2 kasus pertama, dan beberapa merupakan WNA yang baru saja pulang dari luar negeri.

Namun, pada Selasa (10/3/2020) sore, Juru bicara nasional penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengumumkan bertambahnya kasus virus corona menjadi 27 kasus. 

Memang, Indonesia termasuk dalam jajaran negara dengan kasus corona terendah dan telah melakukan berbagai penanganan untuk meminimalisir penyebarann virus tersebut. Namun, bukan berarti lengah, tapi harus lebih waspada dan transparan akan penyebaran virus corona di Indonesia untuk memperhatikan keselamatan masyarakat dan menyeimbangkan kegiatan ekonomi negara.

Beda Singapura dengan Indonesia Tangani Corona

Pemerintah Singapura menerapkan transparansi dalam menangani wabah virus corona di negaranya. Pemerintahnya berbagi informasi secara tepat waktu dan transparan dengan pemangku kepentingan domestik dan internasional.

Informasi itu kemudian dimuat dalam satu website khusus yang dibuat oleh pemerintah Singapura, yaitu https://co.vid19.sg/clusters.

Dalam situs resmi Singapura tersebut, informasi disajikan melalui diagram, grafik, hingga grafis visual. Penelusuran kontak atau contact tracing pasien dijelaskan secara satu per satu untuk setiap kasus di Negeri Singa tersebut.

Penelusuran juga dibagi berdasarkan masing-masing kluster, contohnya seperti kluster impor dari berbagai negara, kluster makan malam privat di Safra Jurong, dan kluster pertemuan imlek keluarga atau CNY (Chinese New Year) di Mei Hwan Drive pada (25/1/2020).

Tidak hanya itu, dalam situs resmi Singapura tersebut, persebaran corona juga digambarkan sesuai dengan lokasinya dalam sebuah peta.

Sedangkan Indonesia mengakui tidak bisa melakukan penanganan virus corona seperti yang telah dilakukan negara Singapura.

Juru bicara nasional penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengaku dalam melakukan penelusuran kontak pasien atau contact tracing pasien corona, pemerintah pusat dibantu oleh pemerintah daerah, karena luasnya Indonesia yang sulit untuk dijangkau.

“Indonesia belum bisa membuka seperti halnya Singapura, karena tidak berputar pada wilayah kecil atau tracing [penelusuran] yang dikejar sudah sampai di luar Pulau Jawa,” kata Yurianto.

Di samping itu, pemerintah juga tidak bisa mempublikasikan data sang pasien, karena menyangkut moralitas atau privasi sang pasien, dan mencegah adanya repsons yang tidak diinginkan dari masyarakat sekitarnya.

Kejadian penolakan penanganan pasien virus corona itu berkaca dari saat pemerintah memilih Natuna sebagai tempat observasi pertama warga negara Indonesia yang baru pulang dari Wuhan, China.

“Belum bisa dibuka [data pasien seperti Singapura], karena responnya sangat beragam. Belum memiliki pemahaman yang sama di antara kita. Kemarin sempat ditolak [oleh masyarakat setempat], untuk memutuskan Natuna sebagai tempat [observasi],” jelas Yurianto.[red]

One thought on “Virus Corona dan Kebijakan Pemerintah”

Comments are closed.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>