Soal Pertikaian AS-China di LCS, Malaysia Minta ASEAN Tak Terhasut


Ilutrasi, Foto: Istimewa

Malaysia memperingatkan rivalitas Amerika Serikat dan China terkait sengketa Laut China Selatan dapat memecah belah solidaritas ASEAN jika negara Asia Tenggara terlena dengan “narasi dan tekanan” kedua negara adidaya dalam konflik tersebut.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein pada Rabu (5/8), dilansir South China Morning Post.

Pernyataan tersebut muncul beberapa hari setelah Malaysia mengirimkan nota diplomatik yang tidak biasa kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nota singkat itu berisikan penolakan atas klaim China terhadap sebagian besar wilayah Laut China Selatan dengan klaim Sembilan Garis Imajiner.

Malaysia, kata Hishammuddin, memiliki dua prioritas utama dalam merespons konflik di Laut China Selatan yakni menghindari terlibat dalam persaingan AS-China dan menghindari sengketa maritim yang dapat memecah belah ASEAN.

“Jika kita menyerah pada narasi dan tekanan negara-negara besar, ada potensi negara ASEAN untuk memihak antara negara-negara tertentu (AS atau China),” kata Hishammuddin.

Hishammuddin menghindari mengkritik langsung AS dan China dalam pidatonya itu. Namun, ia mengatakan negara Asia Tenggara harus bersatu untuk bisa memaksimalkan pengaruh dalam menghadapi rivalitas AS-China di Laut China Selatan.

“Dihadapkan dengan kekuatan besar, kita harus bersatu sebagai blok untuk secara efektif memaksimalkan kekuatan bersama kami,” kata Hishammuddin.

Ia menegaskan bahwa Malaysia bukan satu-satunya negara ASEAN yang terlibat dalam sengketa Laut China Selatan.

“Jika ASEAN terpecah, jangan berharap Malaysia dapat menghadapi China dan AS sendirian,” ujarnya.

Dalam pidato itu, Hishammuddin mengatakan dia berencana berbicara melalui telepon dengan Menlu China, Wang Yi, dan Menlu AS, Michael Pompeo, dalam dua kesempatan terpisah pada pekan ini.

Ia berencana mengangkat isu Laut China Selatan saat berkomunikasi dengan kedua menlu tersebut.

Hishammuddin mengatakan satu-satunya jalan menghindari konflik di China Selatan adalah merampungkan kode etik (code of conduct/CoC) antara Tiongkok dan ASEAN.

CoC telah digodok selama belasan tahun sebagai pedoman negara bersikap di Laut China Selatan, terutama China dan negara ASEAN yang memiliki sengketa di perairan itu.

Saat ini, CoC masih berada pada pembacaan tahap dua, di mana ASEAN-China masih merundingkan isi kode etik tersebut.

Hishammuddin menegaskan Malaysia tidak akan berkompromi dengan mengorbankan kedaulatan dan haknya dalam pembentukan CoC tersebut.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>