Pejuang Kemanusiaan Itu Bernama Muhammad SAW


Pada sosoknya, umat Islam terpancarkan sinar ilmu dan teladan. Muhammad bin Abdullah merupakan utusan Allah yang banyak memberikan teladan. Dialah sebaik-baiknya Nabi dan pejuang kemanusiaan di alam semesta ini.

Dalam buku Muhammad Sang Teladan karya Abdurrahman As-Syarqawi dijelaskan salah satu contoh perjuangan Nabi terhadap kemanusiaan. Bahwa manusia di sisi Allah adalah sama, tiada yang membedakan di antara mereka kecuali takwa dan imannya.

Perjuangan Nabi terhadap kemanusiaan adalah pesan dari langit. Ketika kaum Quraisy Makkah mulai gentar akan kekuatan umat Muslim di Madinah yang semakin meluas, mereka pun mencari cara agar umat Muslim dan Nabi Muhammad tak dapat menyentuh Makkah.

Untuk itu, para pedagang Quraisy Makkah berkumpul dan menyusun strategi ketika suku Khuza’ah mulai meminta bantuan kepada Nabi Muhammad. Hal ini merupakan bukti—setidaknya bagi saudagar Quraisy—bahwa pengaruh dan posisi kekuasaan Nabi tak terelakkan.

Perjanjian Hudaibiyah pun dilaksanakan. Perjanjian Hudaibiyah yang hanya berlangsung selama dua tahun itu telah memberikan suasana kehidupan yang lumayan stabil bagi saudagar Quraisy sehingga rombongan dagang dapat melakukan perjalanan niaga yang tenang dan aman, baik di musim panas maupun di musim dingin.

Namun kali ini muncul persoalan baru lagi. Pihak Quraisy terus terdesak dalam sektor perniagaan karena suku-suku yang telah bergabung dengan Muhammad mengambil sikap anti-kerja sama dalam perdagangan dengan Quraisy. Hal ini lambat laun akan menjadi titik nadir perniagaan kaum Quraisy.

Di sisi lain, masyarakat Makkah kala itu sedang merasakan beban tindakan tirani para bangsawan, undang-undang yang menindas, rentenir-rentenir rakus, dan tuntutan hidup yang semakin sulit dipenuhi. Setiap hari ada saja orang yang menyerahkan kemerdekaannya kepada para rentenir untuk dijadikan budak.

Setiap hari ada saja laki-laki yang menyerahkan istri atau anak perempuannya ke rumah-rumah pelacuran yang tumbuh tersebar di Makkah demi membayar utang kepada para rentenir yang terus mengejarnya. Maka bagi kaum-kaum tertindas itu, terbesit di hati mereka tentang keinginan kehidupan yang lebih baik bersama Islam.

Sedangkan di sisi Islam, budak-budak yang bergabung dengan Nabi Muhammad justru dimerdekakan dan memiliki hak serta kedudukan yang sama dengan para bangsawan dalam segala hal. Dalam dakwah Nabi tentang kemanusiaan, tidak ditemukan lagi adanya hak kekuasaan pemberi utang, tidak ada lagi suami yang menjual istri maupun anak-anak perempuannya, dan budak-budak berkulit hitam pun dipersilakan menjadi pemimpin masyarakat kelas manapun termasuk kelas bangsawan.

Hal itu bisa terjadi karena hati Nabi sangatlah lembut dan pesan suci dari Allah. Nabi memerintahkan dan menganjurkan bagi para pengikutnya memerdekakan para budak. Bahkan Nabi pernah marah ketika melihat salah seorang pengikut Islam justru bertindak kasar terhadap budaknya.

Nabi berkata kepada orang yang menghardik budaknya: “Allah lebih kuasa atas dirimu bila dibandingkan dengan kekuasaanmu terhadap budakmu.” Pemilik budak itu pun seketika meminta maaf atas tindakan yang dilakukannya.

Dan segera saja, ia memerdekakan budaknya dengan berkata: “Dia (si budak) merdeka karena Allah,”. Kemudian Nabi pun menjawab: “Ya. Andai saja engkau tidak berbuat demikian (meminta maaf dan memerdekakan budak), niscaya nerakalah yang membakarmu.”

Perintah untuk memerdekakan budak selalu ditegaskan Nabi. Nabi bersabda: “Ayyuma rajulun a’taqu imra-an Musliman istanqadzallahu bikulli ‘udwin minhu ‘udwan minhu minannari,”. Yang artinya: “Barangsiapa yang memerdekakan budak Muslim, maka Allah akan membebaskan semua anggota tubuh orang itu dari api neraka berkat setiap anggota tubuh budak yang telah dimerdekakannya dari perbudakan itu,”.

Nabi juga memerintahkan umatnya meninggalkan rumah guna membela kaum-kaum tertindas. Nabi menyerukan kepada umatnya yang tidak tergerak untuk membela kaum-kaum tertindas dengan redaksi: “Illa tanfiruu yu’adzzibkum ‘adzaban aliman wa yastabdil qauman ghairakum,”. Yang artinya: “Jika kalian enggan ikut dalam pertempuran (bertempur melawan penindasan), niscaya Allah akan menyiksa kalian dengan siksa yang pedih. Dan Allah akan menggantikan kalian dengan kaum yang lain,”.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>