Faisal Basri: Indonesia Sebaiknya Tak Bergantung Investasi dari China


Ekonom Senior Faisal Basri

AKTUALITAS.ID – Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan Indonesia sebaiknya tak bergantung dengan investasi dari China. Menurutnya, pemerintah lebih baik berharap pada investasi dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari Jepang.

Faisal menjelaskan UMKM dari Jepang tak akan membawa banyak buruh dari negaranya. Ini bertolak belakang dengan kebiasaan investor China yang kerap membawa tenaga kerja dari negaranya.

“UMKM Jepang tidak akan bawa (buruh). Jadi 100 persen buruh Indonesia,” ucap Faisal.

Selain itu, UMKM Jepang juga berpotensi mencari mitra dari UMKM di Indonesia. Pasalnya, UMKM Jepang tak akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari mitra Indonesia.

“Pemerintah bangun basis data, jadi kalau UMKM Jepang ini cari mitra bisa langsung tunjukkan dan bangun kawasan industri untuk UMKM,” terang Faisal.

Selain itu, Faisal menyebut masuknya UMKM dari Jepang juga bisa membantu meningkatkan kualitas UMKM domestik. Dengan begitu, industri UMKM Indonesia bisa lebih baik ke depannya.

“Jadi nanti UMKM yang kecil sedikit, yang menengah agak banyak, dan yang besar sedikit. Jadi seperti ketupat, bukan piramida seperti sekarang. Ini caranya mentransformasikan ekonomi,” terang Faisal.

Ia menilai kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk UMKM tak tepat. UMKM, kata Faisal, justru sering dijadikan objek proyek.

“Dengan program restrukturisasi kredit UMKM, UMKM justru jadi proyek, program. UMKM jadi sapi perah. Bukan nafas untuk melakukan transformasi ekonomi,” kata Faisal.

Lebih lanjut, Faisal mengingatkan agar pemerintah tak terus menanti investasi dari China demi mendongkrak penanaman modal asing (PMA) di Indonesia. Sebab, investasi dari China banyak yang bermasalah.

“Untuk apa menunggu dari China, lebih baik muntahan dari Jepang karena China ini investasinya bermasalah. Itu smelter, pabrik semen, parah,” jelas Faisal.

Sebagai informasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi Jepang menduduki peringkat tiga terbesar di Indonesia hingga kuartal III 2020 dengan nilai US$921,3 juta pada 2.569 proyek.

Sementara, investasi China menduduki peringkat ke-2 dengan nilai Rp1,08 miliar pada 879 proyek. Adapun peringkat pertama realisasi investasi asing terbesar diduduki oleh Singapora dengan nilai US$2,49 miliar pada 4.379 proyek.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>