Connect with us

EKBIS

Rupiah Makin Lemah di Tengah Penantian Keputusan The Fed dan Risiko Iran-Israel

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (18/6/2025). Pembukaan pasar pagi ini memperlihatkan rupiah yang kembali loyo di tengah sentimen investor yang menanti keputusan kebijakan moneter dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Data dari Bloomberg menunjukkan pada pukul 09.08 WIB, nilai rupiah di pasar spot exchange terkoreksi sebesar 20,5 poin atau 0,13% ke level Rp 16.310 per dolar AS. Sebaliknya, indeks dolar AS terpantau menguat tipis sebesar 0,09 poin ke angka 98,7.

Pelemahan ini melanjutkan tren negatif dari perdagangan sebelumnya. Pada Selasa (17/6/2025), mata uang Garuda sempat tergerus sebesar 24,5 poin (0,15%) dan berakhir di level Rp 16.289,5 per dolar AS.

Menurut pantauan dari Trading View, indeks dolar AS stabil di kisaran 98,7 pada Rabu ini. Level ini menunjukkan kekuatan dolar yang terjaga seiring dengan antisipasi pasar terhadap keputusan The Fed. Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya, perhatian utama investor tertuju pada proyeksi kebijakan moneter ke depan, terutama di tengah ketidakpastian tarif dan meningkatnya risiko geopolitik. Selain pengumuman The Fed, pelaku pasar juga akan mencermati data perumahan AS dan klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis menjelang libur pasar pada Kamis.

Sebelumnya, dolar AS mengalami lonjakan signifikan hampir 1% pada Selasa. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven, menyusul eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Situasi ini semakin diperparah oleh pernyataan keras dari Presiden AS Donald Trump yang menyerukan ‘penyerahan tanpa syarat’ dari Iran dan bahkan mengancam akan menyerang Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melalui unggahan di platform Truth Social.

Dari sisi fundamental ekonomi, data penjualan ritel AS untuk bulan Mei menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan. Namun, di sisi lain, konsumsi masyarakat AS dinilai masih cukup kuat berkat pertumbuhan upah yang solid. Hal ini menjadi penopang utama daya beli konsumen di tengah tekanan inflasi yang masih membayangi. (Yoke Firmansyah/Mun)

TRENDING