Kritik Sistem Pemerintah Tangani Covid-19, Mesir Tangkap Seorang Dokter


Aparat berwenang Mesir menangkap seorang dokter lantaran membuat tulisan yang mengkritisi lemahnya sistem kesehatan dalam menghadapi pandemi virus corona. Ia ditangkap dari rumahnya setelah mengunggah sebuah tulisan tentang minimnya alat pelindung bagi tenaga medis.

Penangkapan terhadap tenaga medis yang mengkritik cara pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sissi menangani pandemi corona bukan pertama kali. Hingga saat ini setidaknya 10 dokter dan enam jurnalis telah ditangkap sejak laporan pandemi Covid-19 ditemukan di Mesir pada Februari lalu.

Sejumlah tenaga medis mengatakan mereka telah mendapat peringatan untuk tetap diam menghadapi kondisi ini atau bersiap berhadapan dengan hukum.

Seorang koresponden asing dilaporkan telah meninggalkan Mesir lantaran khawatir ditangkap, sementara dua lainnya mendapat teguran karena dianggap melakukan “pelanggaran profesional”.

“Setiap hari saya pergi bekerja, saya mengorbankan diri dan seluruh keluarga saya. Kemudian mereka menangkap kolega saya untuk mengirimi kami pesan. Saya tidak melihat cahaya di cakrawala,” kata seorang dokter di Kairo yang berbicara sebagai anonim karena takut menerima ancaman kepada Associated Press.

Penularan virus corona di Mesir terus meningkat, hingga Senin (6/7) Kementerian Kesehatan mencatat 76.253 kasus serta 3.343 kematian. Mesir menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di negara-negara Arab.

Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang setempat mengklaim telah menyiapkan pasokan medis untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Militer telah diterjunkan untuk mendirikan rumah sakit darurat berkapasitas 4.000 tempat tidur, meningkatkan pengujian, dan memerintahkan perusahaan untuk membuat masker dan persediaan lainnya.

Namun para dokter mengeluhkan hal sebaliknya di media sosial. Mereka mengatakan bahwa dipaksa membeli masker bedah menggunakan gaji mereka sendiri yang nominalnya sudah sedikit.

Pandemi virus corona mendorong sebuah kelompok profesional non-politik, Sindikat Medis Mesir, mengambil peran baru sebagai penasehat tunggal untuk hak-hak dokter. Bulan lalu, serikat pekerja merilis surat kepada jaksa penuntut umum untuk menuntut pembebasan lima dokter yang ditahan karena mengeluarkan pendapat tentang penanganan virus corona.

Para dokter di Mesir geram karena mereka digaji rendah, ditambah kurangnya jumlah tenaga medis yang memadai untuk merawat pasien. Sejauh ini 117 dokter, 39 perawat, dan 32 apoteker meninggal karena Covid-19.

“Para dokter ini tidak memiliki sejarah aktivisme, mereka ditangkap karena memberikan kritik terhadap keadaan profesional mereka yang sangat spesifik,” kata perwakilan dari Human Rights Watch, Amr Magdi.

Magdi telah mengkonfirmasi penangkapan delapan dokter dan dua apoteker. Dua diantara tenaga medis telah dibebaskan, sementara sisanya masih berada di tahanan praperadilan.

Dalam sebuah rekaman suara yang diperoleh Associated Press, seorang tenaga medis di Provinsi Delta Nil mengatakan jika ia tetap diminta bekerja meskipun kondisi kesehatan tidak memadai.

“Bahkan jika seorang dokter sekarat, ia harus tetap bekerja … atau dikenai hukuman paling berat,” ujar sumber anonim tersebut.

Sementara itu, seorang dokter di Kairo membagikan pesan WhatsApp kepada AP lewat manajernya. Dia mengingatkan stafnya bahwa keberadaan mereka dipantau oleh pihak keamanan negara.

Kantor HAM PBB mengatakan setidaknya lima belas orang ditangkap karena menyebarkan ‘berita palsu’ tentang pandemi.

Menurut Komite Perlindungan Jurnalis, empat wartawan Mesir yang melaporkan wabah itu tetap mendekam di penjara. Komite itu juga melabeli Mesir sebagai negara terburuk dalam penahanan jurnalis di dunia, bersama dengan Turki dan China.

Pada Maret, Mesir mengusir seorang wartawan yang meliput untuk The Guardian. Badan informasi Mesir juga memanggil koresponden The Washington Post dan The New York Times atas liputan kritis mereka selama pandemi.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>