Soal Rekrut Anggota NYPD Jadi Mata-mata, China Sebut Itu Rekayasa As


Foto: Istimewa

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan bahwa tuduhan yang menyebutkan bahwa negaranya mengirim mata-mata di Kepolisian New York (NYPD) adalah rekayasa Amerika Serikat.

Dia pun menuding cara itu dilakukan AS untuk mendiskreditkan konsulat China di AS.

“Tuduhan relevan yang dibuat oleh pihak AS adalah murni palsu. Rencana AS untuk mendiskreditkan Konsulat China dan personel di Amerika Serikat tidak akan berhasil,” kata Wang kepada wartawan dalam jumpa pers harian di Beijing, dikutip AFP, Rabu (23/9).

Seorang petugas NYPD, Baimadajie Angwang, ditangkap karena diduga menjadi mata-mata China.

Angwang dituduh menggunakan posisinya di unit urusan masyarakat NYPD untuk memberi akses informasi kepada pejabat konsulat di China.

Selain itu, Angwang juga dituduh menyediakan informasi non-publik tentang operasi internal NYPD kepada pejabat konsulat China.

Melansir CNN, Selasa (22/9), menurut Kantor Kejaksaan AS Distrik Timur New York, lelaki berusia 33 tahun itu ditangkap pada Senin lalu.

Jaksa federal di Brooklyn menuduh Angwang bertindak sebagai agen asing tanpa memberi tahu pemerintah AS, berbohong, dan membuat pernyataan palsu.

Kepala kantor FBI di New York, William Sweeney, dalam sebuah pernyataan mengatakan tidak ada tuduhan bahwa Angwang membahayakan keamanan nasional atau operasi NYPD.

Kendati demikian, lanjut William, Angwang dianggap sebagai ancaman orang dalam alias mata-mata.

Dokumen pengadilan menyatakan bahwa sebagai mata-mata untuk China, Angwang bertugas untuk “menemukan sumber intelijen potensial” dan “mengidentifikasi potensi ancaman terhadap (Republik Rakyat China) di wilayah metropolitan New York.”

Dia juga diharapkan memberi pejabat konsulat China akses ke pejabat senior NYPD melalui undangan ke acara resmi NYPD.

Sebuah kelompok advokasi, Kampanye Internasional untuk Tibet, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penangkapan tersebut menunjukkan bahwa “Partai Komunis China terlibat dalam operasi jahat untuk menekan perbedaan pendapat.”

“Tidak hanya di Tibet … tetapi di tempat manapun di dunia di mana orang Tibet bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri,” ucap organisasi tersebut.

Pasukan Partai Komunis yang berkuasa di China menyerbu dan menduduki Tibet pada 1950. China lantas mengklaim wilayah Himalaya telah menjadi kedaulatannya selama berabad-abad.

Sejumlah penduduk Tibet mengatakan bahwa mereka secara efektif merdeka saat itu, dan menuduh China berusaha menghapus kebudayaan dan bahasa Buddha Tibet yang unik.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>