Connect with us

Berita

Kisah Penyesalan Perempuan Yahudi Buta yang Kerap Hina Rasulullah

Keluhuran akhlak Rasulullah SAW terabadikan dengan apik oleh sejarah. Rasulullah membalas keburukan orang yang membenci beliau dengan seribu kebaikan. Seperti dituturkan oleh Abu Bakar As-Shidiq. Suatu ketika, sahabat terdekat Nabi ini termenung. Ia terus bertanya-tanya, amal saleh apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah, tapi belum ia kerjakan. Maka, ia pun bertanya kepada anaknya, Aisyah, yang […]

Published

pada

Keluhuran akhlak Rasulullah SAW terabadikan dengan apik oleh sejarah. Rasulullah membalas keburukan orang yang membenci beliau dengan seribu kebaikan.

Seperti dituturkan oleh Abu Bakar As-Shidiq. Suatu ketika, sahabat terdekat Nabi ini termenung. Ia terus bertanya-tanya, amal saleh apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah, tapi belum ia kerjakan.

Maka, ia pun bertanya kepada anaknya, Aisyah, yang juga merupakan istri Nabi. “Wahai anakku, apa kira-kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika masih hidup tapi belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab, “Rasulullah selalu memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar.” Tidak menunggu waktu lama, Abu Bakar pun menghampiri perempuan tersebut.

Sambil mengeluarkan roti, Abu Bakar mendekati perempuan Yahudi yang buta itu. Benar, perempuan buta itu terus saja mengatakan hal buruk buruk tentang Rasulullah. Ia menghina Rasulullah dan menyuruh orang-orang di pasar untuk tidak mengikuti ajakan Muhammad. Abu Bakar mendengar itu semua dengan gejolak hati tidak menentu.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Rasulullah saat memberi makan perempuan buta itu. Padahal, telinga beliau dibombardir kalimat-kalimat ejekan dan hinaan. Suapan pertama pun telah masuk. Tapi, terkagetlah Abu Bakar. Sambil memuntahkan kembali suapannya, perempuan buta ini berkata ketus, “Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan.”

Abu Bakar berkata, “Dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberimu makan?” Perempuan itu menjawab, “Makanan yang engkau beri tidak kau haluskan lebih dulu. Orang yang biasa memberiku makan selalu menghaluskan makanan lebih dulu karena ia tahu gigiku sudah tak sanggup lagi mengunyah makanan.”

Tidak sabar dengan keadaan yang tak menentu di hatinya ini, Abu Bakar sambil terisak berujar, “Ketahuilah, orang yang biasa memberimu makan sudah wafat beberapa hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad, lelaki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci, sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan ke mulutmu.”

Perempuan Yahudi yang buta itu kaget bukan main. Dan, tak lama kemudian tangisannya pun pecah. Ia menyesal belum sempat meminta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya. Padahal, tidak ada seorang keluarganya pun yang peduli dengan keadaannya.

Trending



Copyright © 2024 aktualitas.id